watch sexy videos at nza-vids!
Kabupaten Karanganyar, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Karanganyar, sekitar 14 km sebelah timur Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sragen di utara, Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Wonogiri di selatan, serta Kabupaten Boyolali, Kota Surakarta, dan Kabupaten Sukoharjo di barat.

Bagian barat Kabupaten Karanganyar merupakan dataran rendah, yakni lembah Bengawan Solo yang mengalir menuju ke utara. Bagian timur berupa pegunungan, yakni bagian sistem dari Gunung Lawu. Sebagian besar daerah pegunungan ini masih tertutup hutan.

Ibukota Kabupaten Karanganyar berada di jalur wisata Solo-Tawangmangu-Sarangan-Magetan-Madiun. Angkutan umum dilayani oleh angkutan bus jurusan Solo-Karanganyar-Tawangmangu. Meski dilintasi jalur kereta api (Solo-Madiun-Surabaya), tidak ada kereta api penumpang yang singgah di wilayah kabupaten ini.

wisatanipun macem-macem :
# wisata alam : grijogan sewu, gunung lawu ,perkebunan teh kemuning, air terjun parang ijo, pemandian sapta tirta (cedak omahku ,hahaha ,skalian promosi ) ,air terjun jumok
# wisata sejarah : candi cetho, candi sukuh
# wisata religius : astana giribangun (makam mantan presiden Indonesia ke-2, Suharto) ,astana mengadeg

ijik akeh meneh ,liyane nyusul ya gan Traveller
Fktwyjfi
# grojogan sewu
Air Terjun Grojogan Sewu sering dinobatkan sebagai Obyek Wisata Teladan Tingkat Provinsi Jawa Tengah karena memang memiliki panorama alam yang begitu indah. Obyek wisata ini merupakan perpaduan antara hutan wisata dan air terjun. Komplek obyek wisata ini merupakan areal hutan dengan luas 20 Ha, yang dikelola oleh lembaga Konservasi SDA (KSDA) Bogor.
Obyek wisata ini menyimpan sejuta keindahan. Air terjun yang tingginya mencapai sekitar 81 meter menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang datang. Curahan air terjun yang tidak berpusat pada satu titik, namun menyebar ke berbagai penjuru, kian menambah pesona keindahannya.

Keistimewaan
Ketika pertama kali masuk ke lokasi obyek wisata Air Terjun Grojogan Sewu ini, pengunjung akan dikejutkan dengan kera-kera yang memang sengaja dilepas. Tidak perlu khawatir atau takut terhadap kera-kera itu. Yang penting, makanan bawaan perlu dijaga jika tidak ingin disentuh oleh kera-kera itu. Atau bisa juga memberikan makanan seperti kacang agar tingkah kera-kera itu tidak membuat pengunjung ketakutan.
Untuk sampai ke dasar lokasi obyek wisata air terjun, pengunjung perlu berjalan kaki melalui ratusan anak tangga yang ada dan tersusun rapi. Di beberapa sudut belokan tangga, tersedia gazebo (tempat peristirahatan) bagi pengunjung yang merasa kecapekan. Sesampainya di dasar lokasi, pengunjung bisa menikmati pemandangan alam yang begitu indah, khususnya Air Terjun Grojogan Sewu. Pengujung bisa melihat air terjun ini dari kejauhan atau juga dari jarak yang lebih dekat. Untuk mendekati air terjun ini, pengunjung perlu berhati-hati karena perlu melawati bebatuan yang cukup tajam dan besar. Disarankan agar pengunjung tidak mandi tepat di bawah air terjun karena curahan air terjun sangat keras sehingga beresiko bagi kesehatan tubuh, seperti masuk angin atau badan sakit-sakitan. Jika ingin mandi dengan kondisi yang aman, cukup dilakukan di sekitar air terjun saja.
Di samping obyek air terjun, pengunjung juga bisa menikmati berbagai fasilitas yang tersedia. Pengunjung bisa berenang di dua buah kolam renang yang letaknya tidak jauh dari air terjun. Kolam renang untuk anak-anak dan orang dewasa dipisah. Atau pengunjung bisa berjalan-jalan menyusuri kawasan obyek wisata sambil melihat-lihat pemandangan perbukitan yang indah dan menawan.

Lokasi
Air Terjun Grojogan Sewu terletak di kaki Gunung Sewu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Akses
Pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun kedaraan umum (bis) untuk menuju lokasi obyek wisata ini. Jika ingin menggunakan kendaraan umum, pengunjung bisa naik bis besar jurusan Solo-Tawangmangu dari Terminal Tirtonadi Solo dengan tarif sekitar Rp. 7.000,00 (Maret 2008). Rute yang dilalui adalah Solo-Karanganyar-Karangpandan-Tawangmangu. Perjalanan dari Kota Solo sampai di lokasi bisa ditempuh selama sekitar satu setengah jam.
Sesampainya di terminal Tawangmangu, pengunjung yang menggunakan bis umum perlu berjalan kaki sepanjang kurang lebih satu kilometer untuk dapat mencapai lokasi obyek wisata. Atau bisa juga naik angkutan umum L300 dengan tarif sekitar Rp. 1.000,00 (Maret 2008). Ada dua pilihan pintu masuk ke dalam lokasi obyek wisata, yaitu pintu 1 yang ada di bagian puncak dan pintu 2 yang ada di lereng bawah.

Tiket
Harga tiket masuk lokasi obyek wisata Air Terjun Grojogan Sewu ini adalah sebesar Rp. 6.000,00.

Akomodasi dan Fasilitas Lain
Di kawasan Air Terjun Grojogan Sewu terdapat sejumlah fasilitas pendukung, seperti kolam renang, taman binatang hutan, dan taman bermain untuk anak-anak. Di samping itu, di kawasan obyek wisata ini terdapat warung makan, kios cinderamata, kios buah-buahan, mushalla, toilet, dan lain sebagainya. Di sisi kanan dan kiri pintu 1 terdapat banyak penjual bunga edelweiss, buah strawberry, kerajinan tangan, dan penyewaan kuda yang bisa ditunggangi untuk berkeliling di sekitar komplek taman wisata.


# air terjun jumog
Jika TemenTemen melakukan perjalanan wisata ke Grojogan Sewu, Tawangmangu, menyesal bila tidak mampir ke daerah Berjo, Ngargoyoso. Sebab di sana ada sebuah obyek wisata yang tak kalah indah dengan Tawangmangu .
Terkenal dengan nama Air Terjun Jumog. Memang orang banyak yang tidak menyangka bahwa Desa Berjo di Kecamatan Ngargoyoso itu memiliki pesona wisata yang eksotik dan juga beragam.

Pengunjung dari luar kota, biasanya mengenali Karanganyar dari Candi Sukuh atau Tawangmangu secara keseluruhan. Dari semua potensi yang terdapat di Berjo, baru Candi Sukuh dan Air Terjun Jumog yang bisa dinikmati secara nyaman oleh para wisatawan.

Khusus untuk air terjun Jumog, Pemerintah Desa Berjo memang memberikan perhatian khusus. Obyek itu sudah menjadi kebanggaan warga Berjo karena dikelola secara mandiri oleh masyarakat setempat.

Berbeda dengan Grojogan Sewu di Kecamatan Tawangmangu yang telah lebih dulu dikembangkan, air terjun Jumog tampak lebih sederhana. Air terjunnya pun tidak terlalu tinggi, namun tetap memancarkan keindahan khas wisata alam.

Dan kabarnya di setiap pukul 10.00, di sekitar air terjun yang dibuka sejak tahun 2004 ini muncul pelangi. Tidak sulit mencapai air terjun Jumog. Rute yang dapat diambil jika dari Surakarta, meluncur ke arah Tawangmangu.

Di pertigaan selepas Pasar Karangpandan, ambillah jalur ke kiri, ke arah Ngargoyoso. Jalur ke kanan adalah jalur ke Tawangmangu. Karena dikelola secara swadaya oleh masyarakat, tiket masuknya cukup murah, hanya tiga ribu rupiah saja per orang.

Fasilitas yang ditawarkan di tempat wisata ini cukup lengkap. Di samping kita bisa menikmati indahnya air terjun yang dikelilingi bukit dengan pepohonan hijau yang asri. Disediakan pula arena mainan dan kolam renang anak-anak.

Selain itu juga terdapat musala, kamar mandi, dan tempat untuk mengisi perut. Terdapat penjual sate ayam dan sate kelinci khas daerah ini. Debit air di air terjun ini tidak begitu deras.

Pengunjung bisa puas bermain air di tempat ini. Tentu saja, airnya dingin khas pegunungan. Jangan lupa juga untuk membawa bekal makanan serta minuman untuk mengembalikan stamina yang banyak terbuang untuk bermain air dan berfoto-foto untuk mengabadikan momen bersama keluarga maupun orang terdekat anda.

Berbagai fasilitas yang di tawarkan dengan harga yang terjangkau :
Tiket masuk : Rp 3.000
Parkir Motor : Rp 2.000
Parkir Mobil : Rp 3.000
Homestay : Rp 50.000 – Rp 200.000

Bagi Anda yang belum berkunjung, silakan nikmati wisata alam yang disajikan. Selamat Berkunjung di obyek wisata Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar.




Astana Giribangun
Astana Giribangun berada di Desa Karang Bangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Astana Giribangun terletak di lereng barat Gunung Lawu dengan ketinggian 666,6 mdpl dan berada di bawah makam Astana Mangadeg, makam para penguasa Mangkunegaran yang berada di 750 mdpl. Perbedaan ketinggian ini ada alasannya karena untuk menghormati penguasa mangkunegaran dank arena Ibu Tien Soeharto adalah keturunan Mangkunegoro III.

Astana Giribangun terdapat beberapa cungkup atau bangunan makam. Cungkup Argo Sari teletak di tengah-tengah dan paling tinggi, di bawahnya, ada Cungkup Argo Kembang, dan paling bawah adalah Cungkup Argo Tuwuh.



Di Cungkup Argo Sarilah terdapat makam Pak Soeharto (terletak di barat Makam Ibu Tien) beserta makam Ibu Tien (berada paling timur), makam Fatmanti Soemaharjono (ibunda Ibu Tien Soeharto), makam Soemaharjono (bapak dari Tien Soeharto) dan makam Siti Hartini Oudang (kakak tertua Ibu Tien Soeharto). Di dalam Cungkup Argo Sari total ada lima makam. Di pelataran pendoponya juga terdapat makam – makam lain yang masih kerabat dengan keluarga Ibu Tien Soeharto.

Selain sebagai makam Keluarga Cendana, Astana Giribangun juga diperuntukkan untuk pengurus dalam Yayasan ibu Tien Soeharto.

Astana Giribangun dibangun sejak 27 November 1974. Diresmikan pada 23 Juli 1976 oleh KR Ay. Hatmanti, Ibunda Hj. Tien Soeharto, ditandai dengan pemindahan jenazah Ayahanda dan kakak kandung Ibu Tien yakni KPH Soemohardjo dan Siti Hartini. Keduanya sebelumnya dimakamkan di Makam Umum Toroloyo.

Astana Giribangun menjadi sangat terkenal ketika Ibu Tien Soeharto meninggal pada Minggu, 28 April 1996 dan dimakamkan didalam Cungkup Argo Sari pada Senin, 29 April 1996. Semenjak itu, ribuan wisatawan berkunjung untuk berziarah. Jumlahnya rata – rata 3.000 peziarah setiap hari, bahkan pada hari libur, jumlahnya melonjak hingga 13.000 peziarah dalam satu hari.

Semenjak reformasi bergulir, Astana Giribangun mulai sepi peziarah. Pamornya kembali naik ketika Pak Soeharto meninggal pada Minggu, 27 Januari 2008 dan dimakamkan di dalam Cungkup Argo Sari didekat makam ibu Tien pada Senin, 28 Januari 2008 sesuai dengan wasiat beliau.

Jika naik kendaraan umum, maka untuk menuju Astana Giribangun, kita harus melalui jalan yang menanjak. Jika takut capek, kita bisa naik ojek dengan ongkos Rp 5.000,- sekali jalan. Di luar areal makam terdapat pedagang bunga dan juga pedagang pakaian dengan kaso bersablon Pak Harto.


Makam - Makam Di Pelataran Cungkup Argosari
Gratis Tapi Bayar

Sebelum masuk, kita diharuskan melaporkan diri terlebih dahulu [kaya upacara aja], setelah itu kita akan diberi kertas berisi keterangan anggota rombongan yang berkunjung. Astana Giribangun merupakan wisata ziarah yang gratis alias tanpa pungutan biaya, tapi saat lapor, kita akan ditarik sumbangan sukarela (nggak apa – apa’lah), tapi, kita akan ditarik sumbangan sukarela lagi saat keluar dari Cungkup Argo Sari sembari menyerahkan kertas laporan tersebut ke petugas yang jaga disini. Disinilah arti kata Gratis menjadi Bayar !! Kalau begini lebih baik ditarik karcis retribusi saja biar transparan.

Kita dilarang foto didalam Cungkup Argo Sari. Jika mau berfoto, ada petugasnya sendiri dengan tarif Rp 20.000,- Tarif yang mahal menurutku, karena fotonya sendiri dicetak ukuran 4R, padahal di Prambanan, foto kita dicetak 10R dan ditarik biaya Rp 10.000,- ya udahlah, untuk kenang – kenangan dan mumpung berada di sini.

Habis selesai difoto disebelah makam Pak Harto, petugas foto muncul lagi dan kali ini langsung menyuruh kita berfoto di depan makam Bu Tien. Tapi, tunggu dulu !! Bukannya Rp 20.000,- itu untuk sekali foto ?? Setelah menginterograsi juru fotonya, ternyata kita akan ditarik lagi biaya sebesar Rp 20.000,- kalau ditotal menjadi Rp 40.000,- !! Tentu saja kami menolaknya, tapi kok ga bilang terlebih dahulu tho ??! Bahkan setelah kami selesai ada rombongan ibu – ibu beserta keluarga mereka mencak – mencak disuruh bayar Rp 20.000,- untuk berfoto !!

Sembari menunggu hasil cetakan foto [Yang ternyata makam pak Haro dan Bu Tien terpotret jelas sebagai background (Thanx God)] kami menyempatkan diri berfoto di pendopo Argo Sari. Pake blitz atau enggak, ternyata hasil fotonya blur dan berbayang semua !! Belum lagi petugas jaganya menyuruh kami agar tidak jeprat – jepret terus (padahal udah minta izin dan cuma foto 3x aja !!) dan sebelumnya, saat berada di dalam Cungkup, begitu masuk, kami dipaksa berdoa (Yee, berdoa kok dipaksa tho pak ??).


Cungkup Argosari, Astana Giribangun

Terlepas dari kekurangannya, Astana Giribangun sebenarnya sangat cocok dijadikan sebagai alternatif wisata jika kita berkunjung ke Karanganyar, karena memiliki pemandangan yang hijau, sejuk serta indah dengan fasilitas mulai dari kamar kecil, ruang tunggu hingga mushola.


pemandian air hangat SAPTA TIRTA Pablengan
OBJEK wisata Sapta Tirta di Desa Pablengan, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, tidak berkelebihan jika dikatakan sebagai salah satu keajaiban alam di bumi Indonesia. Sapta Tirta, sapta artinya tujuh, tirta artinya air. Sapta Tirta maksudnya, tujuh mata air. Uniknya, tujuh mata air tersebut berkumpul di satu areal sekitar 2 hektar. Jarak satu mata air yang satu dengan mata air yang lain, paling dekat kurang lebih 5 meter, paling jauh kira-kira 15 meter. Ke-7 mata air tersebut mengeluarkan air yang kandungan mineralnya satu sama lain berbeda.

Objek wisata alam ini terletak di jalan raya yang menghubungkan Karangpandan dan Astana (= makam raja) Mangadeg Girilayu. Jarak Sapta Tirta dengan Kota Karanganyar, ibukota Kabupaten Karanganyar, sekitar 20 km. Objek wisata ini terletak di kaki Gunung Lawu berhawa sejuk, dengan latar belakang hutan pinus Argotiloso.
"Sapta Tirta ini mempunyai kaitan erat dengan sejarah perjuangan Pangeran Raden Mas Said melawan VOC, tahun 1741 sampai 1757", kata Sugeng, 32 tahun, salah seorang pengelola Sapta Tirta.

Dulu, kata Sugeng, lokasi ini bekas benteng pertahanan Pangeran Raden Mas Said, yang karena saktinya, beliau mendapat julukan Pangeran Sambernyawa. VOC memang berhasil menduduki benteng itu. Lalu benteng diobrak-abrik rata dengan tanah. Tetapi Sapta Tirta tidak terusik sampai sekarang. Pangeran Sambernyawa mundur, tetapi terus gigih melawan pasukan tentara VOC. Sampai akhhirnya VOC kuwalahan menghadapi gerilya Pangeran Sambernyawa dan para pengikutnya.

Tanggal 17 Maret 1757 perlawanan Pangeran Sambernyawa berhenti. Tanggal itu terjadi perdamaian dan perjanjian, dihadiri oleh Raja Surakarta Hadiningrat Pakubuwana ke-III, Sultan Jogja, VOC, dan Pangeran Sambernyawa. Hasilnya, Pangeran Sambernyawa mendapat daerah otonomi atau Praja Mangkunegaran, dan beliau mendapat sebutan Kanjeng Gusti Pangeran Ario Adipati (KGPAA) Mangkunegara I.

SALAH satu peninggalan Pangeran Sambernyawa adalah tempat semedi (=tafakur). Tempat tersebut berpagar besi, luasnya sekira 2 meter persegi. Tempat keramat tersebut tertulis kaligrafi huruf Jawa: ega. "Kepanjangan huruf ega adalah Eyang Gusti Aji alias Pangeran Sambernyawa, yang nama kecilnya Raden Mas Sahid", ujar Sugeng.

"Dulu tempat ini digunakan orang untuk minta nomor.. Nah lo" kata Bu Darsa, 45 tahun, mantan penjaga kompleks ini. Dia menjaga kompleks iui sejak remaja. Dulu dia sering tidur di kompleks ini. Dia bertugas sebagai penjaga sekaligus bagian kebersihan di Sapta Marga selama 30 tahun. Bu Darsa yang kini berjualan di kios makanan dan minuman di Sapta Marga mengaku, dulu, saat dia tidur di kompleks itu, beberapa kali menjumpai seorang bangasawan tua, berjenggot panjang sekali. Juga seorang putri yang sudah tua. Kedua tokoh bangsawan yang dijumpai dalam alam metafisik tersebut, sikapnya sangat baik terhadap Bu Darsa. Mereka memanggil Bu Darsa, saat itu, dengan kata 'nduk’ singkatan kata genduk. Panggilan untuk gadis kecil di Jawa.

Bu Darsa mengingatkan, bila masuk kompleks ini, sebaiknya berlaku santun. Karena tempat ini peninggalan bangsawan sakti. Misalnya, jangan seenaknya buang air kecil di sini. Gunakan adab yang santun dan jauhi perilaku yang tak beradab.

SEBENARNYA ada 8 sumber, yaitu sumber air tawar. Tetapi letaknya di bukit, di atas, tak jauh dari kompleks Sapta Tirta. Di kompleks ini disediakan mushola. Bangunan kuno yang lain, selain tempat semedi, adalah Pemandian Keputren. Dulu memang tempat mandi para puteri. Tempat ini juga keramat. Orang tidak boleh berlaku sembarangan. Kalau mau masuk atau mandi, harus seijin pengelola. Orang yang hendak berziarah ke makam raja-raja di Astana Mangadeg Giribangun, biasanya mandi dulu di Pemandian Keputren dan mohon ijin Pangeran Sambernyawa di petak semedi.

Ketujuh sumber air tersebut adalah:
* Sumber Air Bleng. Airnya rasa asin. Biasanya orang mengambil air di sumber ini untuk membuat karak, atau semacam krupuk yang bahan bakunya dari beras atau nasi. Apakah harus membayar? Bayarnya jika mau masuk kompleks, Rp 3.000,- (Oktober 2009). Kalau mau ambil air bleng, tidak perlu bayar. Sumber air bleng ini tidak pernah kering, sejak jaman dulu sampai sekarang.

*Sumber Air Hangat. Airnya memang hangat. Biasanya untuk mencucikan badan sekaligus untuk mengobati berbagai penyakit kulit, misalnya gatal-gatal. Juga bisa untuk mengobati rematik.

*Sumber Air Kasekten. Kata kasekten dari kata sakti. Air dari sumber ini biasanya untuk kekuatan, kesehatan, atau untuk mensucikan jiwa raga.

*Sumber Air Hidup. Air hidup boleh untuk mencuci muka. Bagi yang percaya, air hidup bisa membuat wajah tampak awet muda. Ada pula yang mengambil air ini untuk bagian dari upacara pernikahan.

*Sumber Air Mati. Air yang keluar dari sumber ini dilarang keras untuk dibuat cuci muka, cuci tangan, apalagi untuk minum. Air di sumber ini mengandung mineral yang berbahaya jika diminum (CO2?). Sumber Air Mati tidak pernah bertambah atau berkurang, dari jaman dulu sampai saat ini.

*Sumber Air Soda. Jika air dari sumber ini diminum, terasa rasa soda. Konon air soda Sapta Tirta bisa untuk obat berbagai penyakit dalam, misalnya sakit ginjal, lever, gula, juga TBC.

*Sumber Air Urus-urus. Air dari sumber ini dapat dijadikan urus-urus atau cuci perut, atau memperlancar buang air besar.
ITULAH Sapta Tirta, salah satu wisata alam yang "ajaib". Saat ini, Sapta Tirta terus dibangun dan dikembangkan, disesuaikan dengan selera konsumennya. Misalnya ditambah dengan panggung terbuka dan flyng fox buat meluncur dari atas bukit. Suatu permainan baru yang banyak digemari kaum remaja.

Menurut Sugeng, jumlah pengunjung mencapai puncaknya pada saat 1 Suro (1 Muharam) malam. Pada saat itu jumlah pengunjung bisa mencapai ratusan. Mereka banyak yang bermalam di kompleks ini sampai dini hari. Oleh sebab itu, sekarang telah disediakan panggung terbuka untuk menyajikan hiburan. Jenisnya pagelaran wayang kulit semalam suntuk, atau sendra tari, atau hiburan lain yang bersifat seni klasik.

Sapta Tirta buka mulai pukul 8 pagi sampai sore hari. Tetapi bagi mereka yang datang setiap waktu, misalnya malam hari, pengelola selalu siap melayani. Perlu diketahui, kompleks ini sering dijadikan "menyepi dan semedi" di kala malam hari. Pengunjung tidak hanya dari Pulau Jawa, tetapi juga ada yang datang dari luar Jawa. Bahkan, ada yang datang dari manca negara, tetapi umumnya, mereka dari suku Jawa. Atau masih keturunan, atau "trah" KGPAA Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa @bratasena
tiket : 3.000/a



# air terjun parang ijo
Wisata parang ijo ini merupakan salah satu tujuan wisata yang terletak di lereng gunung lawu, tepatnya di Desa Munggur, Girimulyo, Ngargoyoso, Karanganyar. Parang ijo adalah wisata alam air terjun yang mempunyai ketinggian ± 50 M. Parang Ijo dibangun diatas lahan seluas 2 Ha dan diresmikan pada tanggal 10 Juni 2006 oleh Bupati Karanganyar Hj.Rina Iriani Ratnaningsih,Spd,MM. Selain kita bisa menikmati indahnya air terjun parang ijo kita juga bisa menggunakan fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola yaitu Gardu Pandang, Ayunan, kolam renang, patung dewi saraswati.

jika kita tidak membawa bekal makanan tidak perlu khawatir karena di sana juga ada penjual sate kelinci atau sate ayam lho(wah…enak banget ya..) terhitung murah lho,per porsi nya aja cuma 6000 rupiah. Tiap hari libur tiba banyak sekali pengunjung yang refreshing ke Parang Ijo. Untuk masuk ke Area Parang Ijo kita hanya perlu membayar tiket masuk seharga 2500 saja.Murah kan…….?? untuk menyenangkan para pengunjung pengelola parang ijo selalu memberikan pelayanan dan fasilitas yang terbaik, buktinya saat ini sedang dibangun area baru untuk bersantai – santai dan lainnya.

Sejarah parang ijo sendiri adalah sebagai berikut Pada tahun 1942 di sebuah Dusun yang letaknya agak jauh dari pusat pemerintahan, ada sebuah pohon tua yang sangat besar dan didominasi warna hijau. Pohon ini dianggap keramat karena tidak bisa ditebang. Keberadaan pohon itu tidak lama, banjir besar yang melanda daerah itu mampu menumbangkan pohon tersebut, karena melimpahnya air sungai yang bermuara ke Kali Luwak sehingga pengakumulasian air tidak mampu dibendung lagi, banjir yang disebut Baru Klinting oleh masyarakat sekitar tidak terhindarkan dan mampu menggoyahkan pohon dan membawanya bersama derasnya arus. Namun pohon tersebut tetap dapat berdiri tegak dan mendapat tempat baru secara kebetulan terletak di antara tebing (parang), sehingga mempermudah aliran air dari atas tebing menuju lembah melalui batangnya. Aliran air yang terus menerus membuat pohon semakin hijau dengan tumbuhnya lumut-lumut.

Pada tahun 1982 banjir Baru Klinting kembali melanda daerah ini dan mampu menerjang pohon diantara parang itu. Hilangnya pohon menyebabkan aliran air yang awalnya melalui batang pohon kini terjun ke bawah tanpa perantara membentuk air terjun yang dikenal dengan nama “Parang Ijo” yang berarti pohon berwarna hijau diantara 2 tebing. Itulah sejarah singkat dari Parang Ijo yang hingga kini diyakini oleh masyarakat sekitar.




apik apik tho gan..... wah penak ki adus neng grojogan sewu,, suuueger tenan,,,kapan iso rono neh, kelingan jaman pacaran dulu, heheheheheheNgakak 5
yuk cah segera meluncur kesana.......Ngacir2
BACK HOME GENXSAKTI